Beragam cara ditempuh oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah Swt. Diantaranya yaitu ada yang melalui jalan merenung atau karena musibah yang menimpanya. Demikianlah Allah Swt. membuka jalan bagi manusia yang ingin dekat dengan-Nya.
Kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya tentu saja akan menghantarkannya untuk mendapatkan berbagai fasilitas hidup, yaitu kesenangan dan kenikmatan yang tiada tara.
Cara yang selanjutnya yaitu zikir, Menyebut nama Allah Swt.berulang-ulang di dalam hati dan salat.
Pada kesempatan yang sangat berharga ini, Saya akan menjelaskan tentang cara mendekatkan diri kepada Allah Swt. dengan menyebut nama-Nya (al-Asma'u al-Husna).
Cermati wacana berikut!
Manusia adalah makhluk yang sering lupa dan sering berbuat kesalahan. “Al-Insanu mahallul khatā wa an-nisyan.” Demikian bunyi sebuah hadis yang artinya, “manusia itu tempatnya salah dan lupa.” Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw. bersabda, “Kullu Bani Adama khataun wa khairul khata at-taibuna.” (Setiap keturunan Adam as. pasti melakukan kesalahan, dan orang yang baik adalah yang kembali dari kesalahan/dosa).
Berdasarkan kedua hadis tersebut, manusia memiliki sifat dan karakter yang sering berbuat kesalahan dan lupa. Artinya, tidak ada seorang pun yang terbebas dari kesalahan dan lupa. Namun demikian, tidaklah benar jika dikatakan bahwa tidak mengapa seseorang melakukan kesalahan dengan dalih bahwa hal tersebut merupakan sifat manusia.
Sebagai seorang yang beriman, kita dituntut untuk selalu melakukan refleksi dan perenungan terhadap apa yang telah kita perbuat. Ketika seseorang terlanjur melakukan kesalahan, bersegeralah ia untuk kembali ke jalan yang benar dengan bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Demikian pula sifat lupa, ia kadang menjadi sebuah nikmat dan juga bencana. Lupa bisa menjadi nikmat manakala seseorang terlupa dengan kejadian sedih yang pernah menimpanya. Dapat dibayangkan, betapa sengsaranya jika seseorang tidak dapat melupakan kisah sedih yang pernah dialaminya! Lupa juga dapat menjadi bencana, yaitu ketika dengan lupa tersebut mengakibatkan kecerobohan dan kerusakan. Banyak di antara manusia karena lupa melakukan sesuatu mengakibatkan ia melakukan kesalahan yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.
A. Pengertian Al-Asma'u Al-Husna
Al-Asma'u Al-Husna terdiri atas dua kata, yaitu asma yang berarti nama-nama, dan Husna yang berarti baik atau indah. Jadi, Al-Asma'u Al-Husna dapat diartikan sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. sebagai bukti keagungan-Nya. Kata Al-Asma'u Al-Husna diambil dari ayat Al-Qur'an Q.S Taha/20:8 yang artinya, Allah Swt. tidak ada tuhan melainkan Dia. Dia memiliki Al-Asma'u Al-Husna (nama-nama baik).
B. Dalil tentang al-Asma'ul Husna
1.firman Allah swt.dalam QS.Al-a'raf:180
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Artinya:"Dan Allah swt.memiliki al-Asma'ul Husna,maka bemohonlah kepada-nya dengan(menyebut)nam-nama-nya yang baik itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalm)menyebut)nama-nama-nya.nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan"(Q.S.Al-A'raf:180).
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa al-Asma'ul Husna merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilaiu yang tidak terhingga tingginya.berdo'a menyebut al-Asma'ul Husna sangat dianjurkan menurut ayat tersebut.
2.hadist Rasulullah Saw.
"Artinya:Dari Abu Hurairah ra.sesungguhnya Rasulullah Saw.berasabda:sesungguhnya Allah Swt.mempumyai sembilan puluh sembilan nama,seratus kurang satu,barang siapa yang menghafalkannya,maka ia akan masuk syurga".(H.R.Bukhari).
Berdasarkan hadist diatas,orang yang menghafal al-Asma'ul Husna akan diantarkannya ke dalam syurganya Allah Swt.apakah hanya dengan menghafalkannya seseorang dengan mudah akan masuk syurga?tentu saja tidak.Karena menghafal al-Asma'ul Husna harus diiringi juga dengan menjaganya,baik menjaganya hafalannya dengan terus-menerus mendzikirkannya.
C. Makna Al-Asma'u Al-Husna
Al-Asma'u Al-Husna yang wajib kita ketahui, hafalkan, dan menjaganya yaitu ada tujuh.
Jadi, apa aja sih Al-Asma'u Al-Husna yang wajib kita ketahui itu?
Nah, sebagai jawabannya, Saya akan menjelaskannya satu per satu.
1. Al-Karim
Secara Bahasa, Al-Karim mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang Maha Dermawan, atau Yang Maha Pemurah. Secara istilah, dapat diartikan bahwa Allah Swt. Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua makhluk-Nya sesuai dengan firman-Nya pada Q.S Al-Infitar:6.
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ
"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah."
Al-Karim dimaknai Maha Pemberi karena Allah Swt. senantiasa memberi, tidak pernah terhenti pemberian-Nya. Al-Karim juga dimaknai sebagai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt. memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah Swt. kemudian hamba itu mau bertaubat kepada-Nya. Menurut Imam Al-Gazali, Al karim adalah apabila Dia yang berjanji, menepati janjinya, bila memberi, melampaui batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia memohon selain kepada-Nya, meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana dan perantara.
2. Al Mu'min
Secara Bahasa, Al Mu'min berasal dari kata amina yang berarti pembenaran, ketenangan hati, dan aman. Dapat diartikan bahwa Allah Swt. Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Sesuai dengan firman-Nya pada Q.S Al-An'am/6;82
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
3. Al-Wakil
Kata Al-Wakil mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Yaitu Allah Swt. yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Dalam firman Allah Q.S Az-Zumar/39:62.
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
"Allah menciptakan segala sesuatu, dan Dia memelihara segala sesuatu."
Dengan demikian, orang yang mempercayakan segala urusannya kepada Allah Swt. akan memiliki kepastian bahwa semua akan diselesaikan dengan sebaik-baiknya.Hamba Al-Wakil adalah hamba yang bertawakal kepada Allah Swt. ketika hamba tersebut telah melihat "tangan" Allah Swt. dalam sebab-sebab dan alasan segala sesuatu, dia menyerahkan seluruh hidupnya di tangan Al-Wakil.
4. Al-Matin
Al-Matin artinya Mahakukuh. Allah Swt. adalah mahasempurna dalam kekuatan dan kukuhan-Nya. Oleh karena itu, sifat Al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tiada taranya.Seseorang yang menemukan kekuatan dan kekukuhan Allah Swt. akan membuatnya menjadi manusia yang tawwakal, memeliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain. Tidak ada sutupun makhluk yang dapat menundukkan Allah Swt. meskipun makhluk di bumi ini bekerja sama seperti firman Allah Swt. pada Q.S Az-Zariyat/51:58.
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
"Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rejeki Yang Mempunyai Kekuatan, lagi Sangat Kokoh."
Denagn demikian akhlak kita terhadap sifat Al-Matin adalah dengan beristiqamah, beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan, terus berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat.
5. Al-Jami'
Al-Jami' secara bahasa berati Yang Mengumpulkan/Menghimpun, yaitu bahwa Allah Swt. Maha Mengumpulkan segela sesuatu yang tersebar atau terserak. Penghimpun ini ada berbagi macam bentuknya, di antaranya adalah mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di Padang Mahsyar pada hari kiamat seperti firman-Nya pada Q.S Ali Imran/3:9.
رَبَّنَا إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
"Ya Rabb-kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya (hari kiamat)'. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji."
Allah Swt. juga mengumpulkan di dalm diri seorang hamba ada yang lahir di anggota tubuh dan hakikat batin di dalam hati. Barang siapa yang sempurna ma'rifatnya danbaik tingkah lakunya, maka ia disebut juga sebagai Al-Jami' ialah orang yang tidak padam cahaya ma'rifatnya.
6. Al-'Adl
Al-'Adl artinya Mahaadil. Keadilan-Nya bersifat mutlak. Keadilan Allah Swt. juga dipengaruhi dengan ilmu-Nya yang MahaLuas sehingga tidak mungkin keputussan-Nya itu salah.Sebagai mana firman Allah Swt. dalam Q.S Al-An'am/6:115.
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui."
Al-'Adl berasal dari kata 'adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya sealu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Allah Swt. MahaAdil. Dia menempatan semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabatan.
7. Al-Akhir
Al-Akhir artinya Yang MahaAkhir yang tidak ada sesuatupun setelah Allah Swt. Dia MahaKekal tatkala semua makhluk hancur, MahaKekal dengan segala kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluknya adalah kekekalan yang terbatas, seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di dalamnya disebutkan dalam firman Allaj Swt. dalam Q.S Al-Hadid/57:3.
هُوَ ٱلْأَوَّلُ وَٱلْءَاخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيم
"Dia (Allah) adalah al-Awwalu (Yang Awal) dan al-Akhiru (Yang Akhir), dan al-Zahiru (Yang Zahir) dan al-Batinu (Yang Batin). Dan Dia (Allah) terhadap segala sesuatu adalah al-‘Alim (Maha Mengetahui)."
Orang yang mengesakan Al-Akhir akan selalu merasakan membutuhkan Rabb-Nya, ia akan selalu mendasarkan apa yang diperbuatnya kepada apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, utnuk hamba-Nya, karena ia mengetahui bahwa Allah Swt. adalah pemilik segala kehendak, hati, dan niat.
.
.
Menerapkan Perilaku Mulia
Setelah mempelajari keimanan kepada Allah Swt. melalui sifat-sifatnya dalam al-Asma’u al-Husna, sebagai orang yang beriman, kita wajib merealisasikannya agar memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Perilaku yang mencerminkan sikap memahami al-Asma’u al-Husna, tergambar dalam aktivitas sebagai berikut:
1. Menjadi orang yang dermawan
Sifat dermawan adalah sifat Allah Swt. al-Karim (Maha Pemurah) sehingga sebagai wujud keimanan tersebut, kita harus menjadi orang yang pandai membagi kebahagiaan kepada orang lain baik dalam bentuk harta atau bukan.
Wujud kedermawanan tersebut misalnya seperti berikut:
a. Selalu menyisihkan uang jajan untuk kotak amal setiap hari Jum’at yang diedarkan oleh petugas Rohis.
b. Membantu teman yang sedang dalam kesulitan.
c. Menjamu tamu yang datang ke rumah sesuai dengan kemampuan.
2. Menjadi orang yang jujur dan dapat memberikan rasa aman
Wujud dari meneladani sifat Allah Swt al-Mu’min adalah seperti berikut:
a. Menolong teman/orang lain yang sedang dalam bahaya atau ketakutan.
b. Menyingkirkan duri, paku, atau benda lain yang ada di jalan yang dapat membahayakan pengguna jalan.
c. Membantu orang tua atau anak-anak yang akan menyeberangi jalan raya.
3. Senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt.
Wujud dari meneladani sifat Allah Swt. al-Wakil dapat berupa hal-hal berikut:
a. Menjadi pribadi yang mandiri, melakukan pekerjaan tanpa harus merepotkan orang lain.
b. Bekerja/belajar dengan sungguh-sungguh karena Allah Swt. tidak akan mengubah nasib seseorang yang tidak mau berusaha.
4. Menjadi pribadi yang kuat dan teguh pendirian
Perwujudan meneladani dari sifat Allah Swt. al-Matin dapat berupa hal-hal berikut:
a. Tidak mudah terpengaruh oleh rayuan atau ajakan orang lain untuk melakukan perbuatan tercela.
b. Kuat dan sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang dihadapi.
5. Berkarakter pemimpin
Pewujudan meneladani sifat Allah Swt. al-Jāmi’ di antaranya seperti berikut:
a. Mempersatukan orang-orang yang sedang berselisih.
b. Rajin melaksanakan shalat bejama’ah.
c. Hidup bermasyarakat agar dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
6. Berlaku adil
Perwujudan meneladani sifat Allah Swt. al-‘Adl misalnya seperti berikut:
a. Tidak memihak atau membela orang yang bersalah, meskipun ia saudara atau teman kita.
b. Menjaga diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dari kezaliman.
7. Menjadi orang yang bertakwa
Meneladani sifat Allah Swt. al-Ākhir adalah dengan cara seperti berikut:
a. Selalu melaksanakan perintah Allah Swt. seperti: shalat lima waktu, patuh dan hormat kepada orang tua dan guru, puasa, dan kewajiban lainnya.
b. Meninggalkan dan menjauhi semua larangan Allah Swt. seperti: mencuri, minum-minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, melawan orang tua, dan larangan lainnya.
Rangkuman
1. Al-Asma’u al-Husna artinya adalah nama-nama yang baik dan indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. sebagai bukti keagungan-Nya. Nama-nama Allah Swt. yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan keagungan-Nya.
2. Dalam al-Asma’u al-Husna terdapat sifat-sifat Allah Swt. yang wajib dipercayai kebenarannya dan dijadikan petunjuk jalan oleh orang yang beriman dalam bersikap dan berperilaku.
3. Orang yang beriman akan menjadikan tujuh sifat Allah Swt. dalam al-Asma’u al-Husna sebagai pedoman hidupnya, dengan berperilaku: adil, pemaaf, bijaksana, menjadi pemimpin yang baik, selalu berintrospeksi diri, berbuat baik dan berkasih sayang, bertakwa, menjaga kesucian, menjaga keselamatan diri, berusaha menjadi orang yang terpercaya, memberikan rasa aman pada orang lain, suka bersedekah, dan sebagainya.
4. Al-Karim mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang Mahadermawan atau Yang Maha Pemurah. Allah Mahamulia di atas segala-galanya, sehingga apabila seluruh makhluk-Nya tidak ada satu pun yang taat kepada-Nya, tidak akan mengurangi sedikitpun kemuliaan-Nya.
5. Al-Mu’min dapat dimaknai Allah sebagai Maha Pemberi rasa aman bagi makhluk ciptaan-Nya dari perbuatan Zalim. Allah adalah sumber rasa aman dan keamanan dengan menjelaskan sebab-sebabnya.
6. Al-Wakil mempunyai arti Yang Maha Pemelihara atau Yang Maha Terpercaya. Allah memelihara dan menyelesaikan segala urusan yang diserahkan oleh hamba kepada-Nya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai.
7. Al-Matin berarti bahwa Allah Mahasempurna dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya, tidak akan Allah melemahkan suatu sifat-Nya. Allah juga Mahakukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya.
8. Al-Jāmi’ berarti Allah Maha Mengumpulkan dan mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Kemampuan Allah SWT tersebut tentu tidak terbatas sehingga Allah mampu mengumpulkan segala sesuatu, baik yang serupa maupun yang berbeda, yang nyata maupun yang gaib, yang terjangkau oleh manusia maupun yang tidak bisa dijangkau oleh manusia, dan lain sebagainya.
9. Al-Adl berarti Mahaadil. Keadilan Allah SWT bersifat mutlak, tidak dipengaruhi apa pun dan siapa pun. Allah Mahaadil karena Allah selalu menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya, sesuai dengan keadilan-Nya yang Mahasempurna.
10. Al-Ākhir berarti zat Yang Mahaakhir. Mahaakhir di sini dapat diartikan bahwa Allah Swt. adalah zat yang paling kekal. Tidak ada sesuatu pun setelah-Nya. Tatkala semua makhluk, bumi seisinya hancur lebur, Allah Swt. tetap ada dan kekal.
Evaluasi
1. Bagaimana cara kita untuk meneladani al-Asma’u al-Husna al-Karim?
2. Jelaskan manfaat dari meneladani al-Asma’u al-Husna al-Wakil!
3. Bagaimana cara kita untuk meneladani al-Asma’u al-Husna al-Adl!
4. Bagaimana strategi kita untuk dapat meneladani al-Asma’u al-Husna al-Matin?
5. Jelaskan manfaat dari meneladani al-Asma’u al-Husna al-Ākhir!
0 Comments:
Posting Komentar